
Blog
Thailand dan Kamboja Teken Perjanjian Gencatan Senjata

Thailand dan Kamboja sepakat memperpanjang kesepakatan gencatan senjata setelah saling serang sepanjang perbatasan kedua negara pada Juli 2025 lalu.
Setidaknya 43 orang tewas dalam konflik yang berakhir pada pekan lalu.
Gencatan senjata ditengahi oleh Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim selaku Ketua ASEAN dan tekanan dari Presiden AS Donald Trump serta tim mediator Tiongkok.
Para pejabat pertahanan kedua negara dan pihak terkait mengadakan pembicaraan selama tiga hari di Kuala Lumpur. Mereka pun menyampaikan pernyataan bersama pada Kamis (7/8).
“Kedua belah pihak sepakat untuk gencatan senjata yang melibatkan semua jenis senjata, termasuk serangan terhadap warga sipil dan objek sipil serta sasaran militer kedua belah pihak, dalam semua kasus dan di semua wilayah,” demikian bunyi pernyataan tersebut, dikutip dari AFP.
“Perjanjian ini tidak boleh dilanggar dalam keadaan apa pun.”
Pernyataan bersama yang ditandatangani oleh Wakil Menteri Pertahanan Thailand Nattaphon Narkphanit dan Menteri Pertahanan Kamboja Tea Seiha menyatakan bahwa mereka sepakat untuk menghentikan patroli pasukan perbatasan.
“Kami di sini untuk kesepakatan gencatan senjata yang terperinci guna menghentikan pertumpahan darah dan penderitaan yang dialami tentara dan warga sipil dari kedua belah pihak,” ujar Tea Seiha kepada wartawan dalam konferensi pers.
“Langkah-langkah ini merupakan langkah-langkah penyelamatan jiwa dan meletakkan dasar bagi pemulihan kepercayaan, keyakinan, dan kenormalan antara kedua negara kita.”
Sementara itu Wakil Menteri Pertahanan Thailand Nattaphon mengatakan bakal ada pertemuan selanjutnya dalam waktu satu bulan ke depan.
“Agar diskusi kita hari ini menghasilkan hasil yang konkret, kedua belah pihak perlu menunjukkan kerja sama dan ketulusan,” ujar Natthaphon kepada para wartawan.
Respons AS
Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio menyambut baik pertemuan di Kuala Lumpur, menyebutnya sebagai “langkah maju yang penting dalam memperkuat perjanjian gencatan senjata”.
“Presiden Trump dan saya berharap pemerintah Kamboja dan Thailand sepenuhnya menghormati komitmen mereka untuk mengakhiri konflik ini,” ujar Rubio dalam sebuah pernyataan.
Duta Besar AS untuk Malaysia, Edgard Kagan, yang menghadiri pertemuan hari Kamis sebagai pengamat, menyebut bahwa perjanjian tersebut satu langkah menuju perdamaian abadi.
“Kita harus jujur dan mengatakan bahwa masih ada tingkat ketegangan yang sangat tinggi, ada tingkat ketidakpercayaan yang tinggi,” ujarnya kepada para wartawan.
“Kami pikir penting bagi kedua belah pihak untuk menunjukkan komitmen yang kuat di tingkat tertinggi, dan hal itu disampaikan dengan jelas kepada para tentara dan polisi yang berada di perbatasan,” kata Kagan.
Kuil-kuil yang disengketakan tersebut diklaim oleh kedua negara karena demarkasi yang samar yang dibuat oleh administrator kolonial Prancis Kamboja pada 1907.
Bentrokan bulan lalu merupakan yang paling mematikan di kawasan tersebut dalam lebih dari satu dekade. Lebih dari 300.000 orang mengungsi dari wilayah pertempuran di kedua sisi perbatasan.
Dikutip dari : https://www.cnnindonesia.com/internasional/20250808005713-106-1260061/thailand-dan-kamboja-teken-perjanjian-gencatan-senjata.